By: Vriska Roro Sekar Arum
Kehamilan mola (mola hidatidosa)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat dari kegagalan
pembentukan bakal janin sehingga terbentuklah jaringan permukaan membran (vili)
yang mirip gerombolan anggur.
Hamil anggur adalah tumor jinak yang terbentuk dari trofoblas (sel
bagian tepi sel telur) yang telah dibuahi.Tumor ini melekat di dinding rahim
dan menjadi plasenta serta membran yang memberi makan hasil pembuahan. Jenis
tumor ini dapat menjadi ganas.
Secara medis, hamil anggur dapat terjadi karena tidak adanya buah
kehamilan (agenesis), atau adanya perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan
pada usia kehamilan minggu ke-3 sampai minggu ke-4. Penyebab lainnya yaitu
terus berlangsungnya aliran atau sirkulasi darah tanpa adanya bakal janin
sehingga mengakibatkan peningkatan produksi cairan sel trofoblas. Hamil anggur
juga bisa disebabkan oleh adanya kelainan substansi kromsom seks.
Gejala hamil anggur mirip seperti perempuan yang hamil normal, yaitu
terlambat haid, mual-muntah, dan sebagainya. Pemeriksaan tes kehamilan juga memberikan hasil yang positif.
Namun yang membedakan adalah, pada hamil anggur tidak terdapat tanda-tanda
gerakan janin, rahim tampak lebih besar dari usia kehamilan sebenarnya, dan
keluarnya gelembung cairan yang mirip buah anggur bersamaan dengan perdarahan
melalui vagina.
Melalui pemeriksaan radiologis atau rontgen tidak terlihat adanya tulang
janin, melainkan sesuatu yang mirip sarang lebah atau badai salju. Sama halnya, pemeriksaan USG akan menghasilkan gambaran mirip badai
salju dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda denyut jantung janin. Pada hamil
anggur, kadar HCG akan meningkat lebih tinggi daripada kadar HCG pada kehamilan
normal.
Penanggulangan hamil anggur dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan
mola (evakuasi), kemudian dilakukan pengawasan lanjutan (follow
up). Pada perempuan yang subur dan masih menginginkan anak,
pengeluaran mola dapat dilakukan dengan cara kuret atau kuret hisap. Seminggu
setelah kuret pertama, kembali dilakukan kuret ulangan untuk memastikan rahim
sudah benar-benar bersih. Sedangkan pada perempuan usia lanjut atau yang sudah
tidak menginginkan anak, dapat dilakukan pengangkatan rahim (histerektomi).
Pada pengawasan lanjutan (follow up) dilakukan untuk memonitor
dan mengevaluasi kondisi pasca evakuasi, baik secara klinis, laboratorium
maupun radiologis. Pengawasan lanjutan dengan
pemeriksaan HCG dilakukan satu minggu sekali sehingga kadar HCG menjadi
negatif. Jika kadar HCG sudah negatif, masih diperlukan pemeriksaan selama tiga
minggu berturut-turut untuk memastikan kadar HCG tetap negatif. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan kadar HCG satu bulan sekali selama enam bulan. Jika
pemeriksaan lanjutan menunjukkan kadar HCG yang masih tetap atau justru
meningkat, maka harus dilakukan kemoterapi.
Penderita hamil anggur dianjurkan untuk tidak hamil dulu hingga
pengawasan lanjutan selesai dilakukan. Bagi perempuan yang belum memiliki anak,
dianjurkan memakai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan selama satu tahun,
sedangkan untuk tidak hamil selama dua tahun. Untuk memastikan apakah kehamilan
anda normal ataukan mengalami kelainan, dalam hal ini misalnyanya hamil anggur,
kenali tanda-tandanya dan sebaiknya anda memeriksakan kehamilan secara teratur
ke bidan atau dokter kandungan.
No comments:
Post a Comment