Wednesday, May 14, 2014

Mengenal Kehamilan Ektopik Lebih Dekat Part II

Gambaran Karakterik Ibu Dengan Resiko Kehamilan Ektopik

Ibu dengan resiko kehamilan ektopik adalah umur ibu yang berusia tua dipertimbangkan dapat beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan khususnya kehamilan ektopik. Semakin banyak wanita yang berusia 35 tahun ke atas memiliki kecenderungan kehamilan ektopik. (Winkjosastro, 2007). Umur < 20 tahun dan 25 – 35 tahun dalam kurun waktu reproduksi yang sehat dikenal bahwa umur yang aman untuk kehamilan. Sedangkan pada umur > 35 tahun sudah beresiko karena alat reproduksi tidak berfungsi secara sempurna (Manuaba, 2007). Pada umur kehamilan muda dalam 12 minggu pertama kehamilan, semakin muda umur kehamilan maka semakin berpotensi untuk terjadinya abortus. Disebabkan villi korialis belum menembus desidua secara mendalam dan plasenta belum terbentuk secara sempurna (Cunningham, dkk. 2005).

gambar ibu hamil
Paritas adalah jumlah kelahiran yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu). Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan. Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling aman, ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstertik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Manuaba, 2007). Ibu dengan paritas lebih dari tiga mempunyai resiko terjadinya kehamilan ektopik hal ini dikarenakaan sudah seringnya plasenta berimplantasi segmen bawah rahim menjadi rapuh dan banyak serabut kecil pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat riwayat persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Riwayat Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Meningkatnya insidensi aborsi yang induksi menyebabkan kerusakan histologik dan structural terhadap tuba tanpa penanganan yang baik. Akibat kerusakan tersebut secara langsung akan menyebabkan terjadinya insidensi kehamilan ektopik pada ibu. Frekuensi aborsi lebih dari satu kali merupakan faktor terbesar risiko kehamilan ektopik. (Manuaba, 2007).
gambar ibu abortus
Titi Sari Siswoyo Putri           


Sumber
Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC
Manuaba, IBG., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Winkyosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPS

No comments:

Post a Comment