Gambaran Karakterik Ibu Dengan Resiko Kehamilan Ektopik
Ibu dengan resiko kehamilan ektopik adalah umur
ibu yang berusia tua dipertimbangkan dapat beresiko tinggi untuk mengalami
komplikasi selama kehamilan khususnya kehamilan ektopik. Semakin banyak wanita
yang berusia 35 tahun ke atas memiliki kecenderungan kehamilan ektopik.
(Winkjosastro, 2007). Umur < 20 tahun dan 25 – 35 tahun dalam kurun waktu
reproduksi yang sehat dikenal bahwa umur yang aman untuk kehamilan. Sedangkan
pada umur > 35 tahun sudah beresiko karena alat reproduksi tidak berfungsi secara
sempurna (Manuaba, 2007). Pada umur kehamilan muda dalam 12 minggu pertama
kehamilan, semakin muda umur kehamilan maka semakin berpotensi untuk terjadinya
abortus. Disebabkan villi korialis belum menembus desidua secara mendalam dan
plasenta belum terbentuk secara sempurna (Cunningham, dkk. 2005).
gambar ibu hamil
Paritas adalah jumlah kelahiran yang diakhiri
dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu). Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai
batas viabilitas dan telah dilahirkan. Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling aman,
ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstertik yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat di
kurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan. (Manuaba, 2007). Ibu dengan paritas lebih
dari tiga mempunyai resiko terjadinya kehamilan ektopik hal ini dikarenakaan
sudah seringnya plasenta berimplantasi segmen bawah rahim menjadi rapuh dan
banyak serabut kecil pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat riwayat
persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Riwayat Abortus adalah berakhirnya kehamilan
sebelum umur kehamilan 20 minggu atau berat janin < 500 gram. Meningkatnya
insidensi aborsi yang induksi menyebabkan kerusakan histologik dan structural
terhadap tuba tanpa penanganan yang baik. Akibat kerusakan tersebut secara
langsung akan menyebabkan terjadinya insidensi kehamilan ektopik pada ibu.
Frekuensi aborsi lebih dari satu kali merupakan faktor terbesar risiko kehamilan
ektopik. (Manuaba, 2007).
gambar ibu abortus
Titi Sari Siswoyo Putri
Sumber
Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC
Manuaba, IBG., 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Winkyosastro, H., 2007. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: YBPS
No comments:
Post a Comment