KEHAMILAN SIROTINUS (KEHAMILAN LEWAT BULAN)
Oleh :Komsiyati
16 mei 2014
Menurut
Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu
42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu
atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Jadi dari pengertian diatas
dapat disimpulkan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42
minggu.
Etiologi
belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain
seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu (Rustam, 1998).
Menjelang
persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak
sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada
rahim (Manuaba, 1998).
Patofisiologi Serotinus
Pada
kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,
1998).
Tanda Dan Gejala Serotinus
Tanda dan gejala
tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya terjadi
pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila
tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil,
diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini
akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa
ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban (Muchtar,
1998).
Menurut
Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42 minggu palpasi
bagian – bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air ketuban. Kemungkinan
dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan auskultasi maupun
kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran
(klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
Pengaruh Serotinus
Menurut Muchtar
(1998), pengaruh dari serotinus adalah :
a). Terhadap Ibu :
Pengaruh
postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir,
maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
b). Terhadap Bayi :
Jumlah
kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan
40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh
postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang
terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin
besar, moulage.
Penatalaksanaan Serotinus
Menurut Achadiat
(2004), tata laksana kehamilan post term tanpa patologi lain, yaitu :
(1)
Pasien dirawat
(2)
Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG
(3)
NST reaktif periksa keadaan servik
(4)
Servik matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung diinduksi
(5) Jika
servik belum matang, perlu dimatangkan dulu
(6) Bila
terdapat patologi lain (misalnya preeklamsi berat, bekas SC, dsb)
(7) maka
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan SC.
(8) Jika
induksi gagal/terjadi gawat janin dilakukan SC
Persalinan anjuran
bertujuan untuk dapat merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan
bisa berlangsung. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan
jalan lahir.
No comments:
Post a Comment