LEUKORRHEA
Oleh Sahtria Ningsih
A. Pengertian Leukorea
Leukorea atau
fluor albus atau keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang bersifat
lendir dan bukan merupakan cairan darah.
Secara normal
seorang wanita mengeluarkan cairan dari alat kemaluannya yang berasal dari:
Transudat dinding vagina, Lendir servik, Lendir dari kelenjar bartholini
(Manuaba,
2005).
B. Jenis-jenis
Leukorea
1. Leukorea Fisiologis (normal) Dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah
mentruasi pada fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi juga terjadi
melalui rangsangan sexual.
2. Leukorea Abnormal Dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi
bibir kemaluan), liang senggama, mulut rahim, rahim, dan jaringan penyangganya
serta pada infeksi penyakit hubungan kelamin
(Anton, 2008).
C. Patofisiologis
Sumber Cairan
a. Vulva
Cairan yang berasal dari vulva
tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh keputihan karena
tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar
Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa
vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal
dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.
b.Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan
secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang
diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.
c. Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama.
Lendir jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase
siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh
hormon, juga disebabkan oleh hiperemia
(Sulaiman, 2006).
D. Etiologi
1. Konstitusional
Pada keadaan
ocheni, anemia, nepritis dan pada bendungan umum (Decompensatio, cordis,
cerosis, hepatitis).
2. Kelainan endokrin
Seperti pada fungsional
bleeding (kadar estrogen tinggi). Pada kehamilan (karena hidraemia dan pengaruh
endokrin).
3. Infeksi
a. Vulvitis-vulva vaginitis
b. Vaginitis (kolpitis)
c. Cervivitis
d. Endometritis
e. Salpingitis
Sebab-sebab lain
seperti
§ Corpus allienum : possarium, rambut kemaluan, rambut wol, kain
atau kapas
§ Alat-alat atau obat-obat kontrasepsi
§ Fitula (Fistula vesicovaginalis, Fistula
Fectovaginalis)
(Sulaiman, 2006)
E. Diagnosis
Diagnosa sebab
flour albus dapat dicari dengan memperoleh :
1.
Anamnesa
apakah ada partner dengan gonarhoe
2.
Keadaan
umum
3.
Pemeriksaan
dalam
Pemeriksaan
mikrobiologis dan bakteriologis
1. Cairan seperti susu biasanya berasal dari
vagina
2. Cairan yang liat muco purulent berasal dari
servix
3. Cairan yang purulent biasanya disebabkan
gonococcus
4. Cairan yang membuil oleh trichomonas
5. Zat seperti keju oleh monilia biasanya
gatal
6. Cairan yang jernih terdapat pada astheni
7. Flour bercampur darah terdapat pada
endometritis senilis
Cairan tersebut diatas luar biasa
jika :
1.
Menimbulkan
bercak-bercak pada celana (berwarna kuning atau hijau)
2.
Berbau
3.
Menyebabkan
keluhan-keluhan seperti perasaan gatal dan panas pada vagina
(Anonim, 2009).
F. Komplikasi
Komplikasi
fluor Albus adalah Puritis, Eksema, Candylomata acuminata sekitar vulva
(Manuaba,
2005)
G. Penatalaksanaan
1. Anamnesis
a.
Usia
b.
Jumlah
c.
Masa inkubasi/lama
terjadinya
d.
Paparan PHS
e.
Pemakaian
antibiotic,kortikosteroid
f.
Hubungan dengan menstruasi,
ovulasi, kehamilan
g.
Iritasi : infeksio benda
asing, neoplasma,
h.
Pruritus
i.
Penyakit istemik
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi kulit perut bawah
terutama perineum,anus
b.
Inspeksi rambut pubis
c.
Inspeksi dan palpasi
genetalia eksterna
d.
Pemerisaan speculum untuk
vagina dan serviks
e.
Pemeriksaan bimanual pelvis
f.
Palpasi pembesaran klenjar
getah bening ingunal dan femoral
3. Pemeriksaan penunjang
a.
Pewarnaan gram (untuk infeksi bakteri)
b.
Prepanat
basah (infeksi trikomonas)
c.
Preparat
KOH (infeksi bakteri)
d.
Preparanat
basah (infeksi trikomonas)
e.
Preparat
KOH (infeksi jamur)
f.
Papsmear
atau untuk menentukan adanya sel ganas
(Manuaba, 2005).
H. Terapi
1.
Trikomoniasis
a.
Pilihan
utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari. Jangan diberikan
pada wanita hamil, terutama trimester I
b.
Pilihan
lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari.
Dapat diberikan pada wanita hamil.
Dapat diberikan pada wanita hamil.
c.
Partner
seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius
dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal
2.
Kandidiasis
a.
Pilihan
utama:
§ Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari
§ Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra
vagina selama 14 hari
Pilihan lain :
b.
Tiokonazol
300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari
c.
Mikonazol
100mg/hari intravagina selama 7 hari
3.
Vaginosis
bakteri
a.
Pilihan
utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari
b.
Pilihan
lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari
4.
Gonore
a.
Pilihan
utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari
b.
Pilihan
lain :
§ Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7
hari
§ Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. +
Probenesid 1 gr per oral
§ Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral
§ Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral
5.
Klamidiasis
a.
Pilihan
utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari
b.
Pilihan
lain :
§ Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari
§ Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7
hari atau
§ 4x250 mg/hari per os selama 14 hari
(Manjoer,
2006).
I. Pencegahan
Pencegahan
menjadi langkah terbaik yang utama dilakukan dengan:
1.
Menjaga kebersihan pribadi, terutama organ reproduksi,
dengan membasuhnya secara bersih setiap kali habis ke belakang. Saat membasuh
harus lihat-lihat juga kondisi air. Kalau kotor jangan dipaksakan. Sebab, air
yang tak bersih bisa menyebabkan adanya kuman dan jamur yang akhirnya
menimbulkan keputihan. Bila perlu basuh dengan tisu yang tidak mudah hancur.
2.
Begitu ada keluhan keputihan di luar waktu yang
alamiah, segera periksa ke dokter.
3.
Sadari penuh bahwa keluarnya cairan itu memang wajar
terjadi, terutama pada waktu-waktu tertentu. Jangan justru menjadi gelisah,
karena
4.
adakalanya pada orang yang gelisah, stres, atau
kecapekan, akan muncul keputihan.
5.
Jangan memakai pakaian yang ketat. Minimal tidak
terlalu sering karena pakaian ketat hanya akan membuat suasana di daerah
reproduksi menjadi lembab. Sementara kelembaban bisa membuat suasana asam
menjadi basa. Selain itu, kelembaban juga bisa menjadi tempat bersemayamnya
jamur dan kuman.
6.
Lakukan pemeriksaan pap smear secara berkala minimal
setahun sekali, terutama pada orang-orang yang telah menikah
(Aselmahumka, 2006).
No comments:
Post a Comment