Oleh: Tyan Ferdiana Hikmah
Mioma merupakan tumor yang paling umum
pada traktus genitalia. Mioma
terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan
ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap
bagian duktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Disini
beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong
hingga sebesar bola kaki. Penyebab
terjadinya myoma uteri belum diketahui secara pasti. Tumor ini berasal dari sel
otot yang normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel
embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bukan dalam hitungan bulan), di bawah
pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi
dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau bahkan lebih.
Namun
pada saat ini, mioma uteri sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula
tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh
dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah
menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yang banyak, maka myoma cenderung mengalami
atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena
kapsulnya berkontraksi. Warnanya
abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan
melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut
otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang
mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium normal,
terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma.
Pada
pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan
dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat, karena
seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk dari
pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai
darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma.
Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat terjadi kapanpun
oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”. Pada
kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging
sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma. Jika myoma terletak sub endometrium,
mungkin disertai dengan menorhagia.
Jika perdarahan yang hebat menetap, mungkin akan mengalami anemia.saat uterus
berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat
menyebabkan persisten dari uterus. Dimanapun
posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada
panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus
yang membesar menekan rectum. (Manuaba, 2007).
No comments:
Post a Comment