oleh : Siti Nur Aisyah
A. Pengertian Labioskizis
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum
anterior. Sedangkan
Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum
pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas
daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna
semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri
tidak tumbuh bersatu.
B. Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis
dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari
dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle.
Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa
bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus,
dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum
molle posterior terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam
kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut.
1. Kelainan-kelainan
yang dapat menimbulkan hipoksia.
2. Obat-obatan
yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan
radiasi.
3. Obat-obatan
yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat, dan
vitamin C.
4. Faktor
keturunan.
5. Syndrome
atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau
keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri
sendiri non syndromik clefts.
6. Beberapa
syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit
13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan
akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi
rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
7. Penyebab
non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan
pengaruh lingkungan.
D. Faktor
Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700
kelahiran dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai
palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari
kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang
mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik
terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan memisahkan lagi belahan tersebut.
E. Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi
kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi
sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat
kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle
terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
F. Tanda dan Gejala
Gejala dari
labiopalatoskizis, antaralain berupa : pemisahan bibir, pemisahan bibir langit
– langit, distro hidung, infceksi telinga berulang, berat badan tidak
bertambah, serta regurgitasi masala ketika menyusu (air susu keluar dari lubang
hidung) Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik daerah wajah.
Labioskizis dapat terjadi dalam beberapa derajat malforasi, mulai dari takik
ringan pada tepi bibir dikanan/kiri garis tengah, hingga sumbing lengkap
menjalar sampai ke hidung. Terdapat variasi lanjutan yang melibatkan sumbing
palatum. Labipalatoskizis merupakan deformitas yang dibedakan menjadi 4
tingkatan/ derajat yaitu derajat 1 (sumbing palatum mole) derajat 2(sumbing
palatum durum dan mole), derajat 3 (derajat unilateral total) dan derajat 4
(sumbing bilateral total). Bayi yang mengalami labiopalatoskizis sering
mengalami gangguan makan dan bicara. Regurgitasi makanan dapat menimbulkan
masalah pernafasan, iritasi paru dan infeksi pernafasan kronis. Pembedahan umum
sebelum anak mulai berbicara, pembedahan ulang pada usia 15 bulan. Sumbing
bibir (labioskizis) tidak banyak gangguan dan bayi masih bisa minum dengan dot.
Sumbing palatum (palatoskizis) sering menumbulkan bayi sukar minum, bahaya
tersedak yang dapat menyebabkan terjadinya aspirasi, infeksi pernafasan dan
gangguan pertumbuhan.
No comments:
Post a Comment